Metode Perencanaan Penggunaan Sumber-sumber Daya Manusia & Permasalahannya
Metode yang dipakai untuk perencanaan penggunaan sumber-sumber daya
manusia adalah metode neraca. Di
dalam neraca tenaga kerja sumber-sumber daya manusia dikaitkan dengan kebutuhan
masyarakat terhadap tenaga kerja dengan memperhitungkan pembagian yang lebih
rasional dan penggunaan yang efektif, penggunaan sumber-sumber daya manusia
tersebut yang menjamin proporsi di dalam pembagian sektor dan daerah sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional. Di dalam perencanaan kerja sangat luas
digunakan metode statistik khususnya metode analisa korelasi.
Menyusun model korelasi banyak faktor yang mencerminkan ketergantungan
pengeluaran tenaga dari pengaruh yang unik faktor-faktor pembantu menentukan
tenaga-tenaga spesialis dan berkualifikasi. Arah baru di dalam analisa dan
perencanaan penggunaan rasional berhubungan dengan penerapan metode ekonomi
matematika dan komputer yang bertindak sebagai alat penyempurnaan
perhitungan-perhitungan neraca. Penerapan model-model ekonomi matematik dan
komputer memungkinkan juga menggunakan mekanisasi perhitungan perencanaan yang
pada karya dan meningkatkan dasar-dasar ilmiahnya.
Penggunaan secara luas
model-model ekonomi matematik di dalam perencanaan sumber-sumber daya manusia
merupakan tugas penting dari badan-badan perencanaan.
Neraca antar sektor memberi kemungkinan menganalisa
pembagian kerja antar sektor dan penerapan komputer memungkinkan dalam waktu
singkat memilih alternatif yang paling baik dalam penggunaan sumber-sumber daya
manusia.
Permasalahan
Perencanaan Sumber Daya Manusia di Negara-Negara Sedang Berkembang
Salah satu masalah pokok yang
dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang khususnya oleh Indonesia
pada dewasa ini adalah masalah cepatnya laju perkembangan yang mengakibatkan
besarnya pertambahan angkatan kerja. Keadaan yang demikian membawa implikasi
terhadap masalah-masalah pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
kesempatan kerja.
Perkembangan penduduk dan
angkatan kerja tersebut belum dapat diikuti oleh penciptaan kesempatan lapangan
kerja yang sesuai dengan pertambahan angkatan kerja.
Salah satu alat penting di dalam
mengatasi keterbelakangan untuk memobilisir sumber-sumber daya yang ada adalah
perencanaan pembangunan nasional yang telah dilaksanakan mulai dari dasawarsa
1950 dan 1960-an oleh negara-negara yang sedang berkembang. Perencanaan
tersebut merupakan indikator pokok, terutama indikator ekonomi.
Perencanaan
ekonomi yang masih bersifat agregate disebabkan antara lain oleh faktor-faktor
onyektif sebagai berikut:
a.
Masih terbatasnya peranan pemerintah secara
langsung di dalam perekonomian yang umumnya baru pada pembangunan
prasarana-prasarana ekonomi dan sosial seperti jalan raya, jembatan, irigasi,
pelabuhan, jaringan listrik, rumah-rumah sekolah, rumah-rumah sakit dan sebagainya
yang biasa dikenal dengan sebutan autonomous
planning. Di samping itu pemerintah ikut campur di dalam perekonomian
secara tidak langsung melalui berbagai-bagai kebijaksanaan, seperti
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter, investasi, fiskal, upah, perkreditan,
eskport/import, dan kebijaksanaan sektoral untuk mempengaruhi cara produksi dan
pemilihan teknologi. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di atas yang secara
tidak langsung diharapkan berpengaruh terhadap arah perkembangan ekonomi yang
disebut juga sebagai sebagai induced
planning.
b.
Negara-negara yang sedang berkembang termasuk
Indonesia merupakan lautan dari usaha-usaha kecil dan rumah tangga baik di
daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Karena usaha-usaha kecil tersebut
belum terorganisir dengan baik, maka sangat sukar untuk dijadikan sebagai agent of development dan agent of planning. Umpamanya, koperasi
sebagai organisasi sosial ekonomi masyarakat luas terutama di pedesaan belum
begitu berperan sebagai agent of
development dalam pembangunan nasional, sebab secara ekonomi koperasi belum
berkembang dengan baik.
Perencanaan tenaga kerja dari
segi praktisnya dapat dilihat dari tiga unsur pokok:
a.
Bagaimana memproyeksikan kesempatan kerja
(menyangkut: macam, lokasi, jumlah, dan metodologinya).
b.
Bagaimana memproyeksikan angkatan kerja di
berbagai sektor.
c.
Mengkaitkan/menyesuaikan (matching) pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan angkatan
kerja. Dalam hal ini tercakup pemikiran mengenai upaya menciptakan kesempatan
kerja, dengan menjamin terciptanya iklim dan kondisi kerja yang baik.
Perencanaan tenaga kerja
mempunyai implikasi menyangkut pengembangan sumber daya manusia, serta
menganalisa permintaan dan penawaran tenaga kerja guna menyusun kebijaksanaan
di bidang ketenagakerjaan dan kesempatan kerja. Proyeksi perencanaan tenaga
kerja dapat dilakukan dengan pengelompokkan berdasarkan industri primer,
sekunder, dan tersier.
Langkah-langkah yang diperlukan
untuk tindak lanjut perencanaan tenaga kerja terutama:
a.
Perumusan hasil-hasil pembahasan/diskusi yang
telah dilakukan melalui berbagai seminar maupun pertemuan lainnya serta
perumusan makalah dari Biro Perencanaan Departemen-departemen.
b.
Pemantapan data BPS.
c.
Penggunaan data sektoral (departemen).
d.
Pemantapan Tim Perencana Tenaga Kerja yang ada.
Yang penting untuk
dipertimbangkan ialah perencanaan tenaga kerja nasional yang diharapkan untuk
mendukung pengembangan nasional.
(Source: Barthos, B. 2001. MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm.
29-34.)
× 『rui@96yR』【butterflyuu】 ×
増原 紀花
Komentar
Posting Komentar