Sifat Khas Seorang Konselor
Sifat
Khas Seorang Konselor
Sebuah terapi, karena merupakan bentuk
akrab dari belajar, menuntut agar seorang praktisi bersedia untuk memberi warna
pada peran yang sudah dibakukan dan menjadi manusia yang riil dalam suatu
hubungan antar manusia. Tepatnya dalam lingkungan konteks hubungan antar
manusia seperti itulah maka pengalaman klien bisa tumbuh.
Apabila kita sebagai
konselor berlindung di balik rasa aman peranan profesional kita maka klien kita
akan menyembunyikan diri dari pengamatan kita. Manakala kita hanya menjadi
pakar teknis dan meletakkan reaksi kita, nilai, dan diri kita di luar lingkup
kerja kita maka hasilnya adalah konseling yang mandul. Hanya lewat keaslian
kita dan kelincahan kitalah maka kita akan benar-benar dapat menyentuh klien.
Kalau kita mengambil pilihan yang berorientasi pada hidup, memancarkan semangat
hidup, tidak basa-basi dalam menjalin hubungan dengan para klien, dan
mengungkapkan diri di depan mata mereka, kita bisa memberi inspirasi dan
mengajar mereka dalam arti yang sebenarnya. Ini tidak berarti bahwa kita ini
orang yang beraktualisasi diri yang telah “merekayasanya” atau kita ini orang
yang tidak mempunyai masalah. Sebaliknya, ini mengandung makna bahwa kita
bersedia untuk mawas diri dan untuk berbuat apa yang perlu demi
perubahan-perubahan yang kita inginkan. Oleh karena kita menaruh harapan bahwa
kita pantas untuk mengambil resiko dan berusaha demi perubahan maka kita bisa
menumpahkan harapan itu pada para klien kita, yaitu bahwa mereka ada kapasitas
untuk menjadi diri mereka sendiri dan mencintai diri mereka itu.
Singkatnya, sebagai terapis kita menjadi
model bagai klien kita. Kalau yang kita contohkan itu perilaku yang tidak
konsisten, kegiatan yang tidak berani mengambil resiko, dan kebohongan yang
selalu menyembunyikan diri serta berada di tempat yang gelap maka klien kitapun
akan menirukan perilaku ini dan tidak bisa dipercaya. Kalau yang kita contohkan
itu hal-hal yang nyata dengan menerapkan pengungkapan diri yang tepat, maka
klien kita akan cenderung untuk mendapatkan sifat ini dan oleh karenanya jujur
dalam berinteraksi dengan kita dalam kontak terapi. Yang pasti, konseling itu
bisa mengarah ke hal yang lebih baik atau yang lebih buruk. Para klien bisa
memiliki kapasitas yang lebih dari yang sebelumnya mampu mereka raih, atau
mereka malahan menjadi kurang mampu dibandingkan dengan apa yang mungkin bisa
diraihnya sebelum mendapatkan terapi.
Menurut perkiraan saya, kadar kelincahan
dan kesehatan psikologis dari si konselor merupakan variabel yang krusial yang
bisa menentukan hasil akhir. Seperti yang akan jelas dilihat dalam bab
berikutnya, tak ayal lagi, bahwa seorang konselor perlu memiliki pengetahuan
dan kompetensi teknik dalam menggunakan keterampilan, dan juga memiliki rasa
etika. Hanya sekedar menjadi “orang baik” bukanlah jaminan bahwa orang akan
bisa menjadi konselor yang efektif.
(Source: Corey, Gerald. 1991. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. California: Brooks/Cole Publishing Company.)
× 『rui@96yR』【butterflyuu】 ×
Komentar
Posting Komentar